A. Konsumsi
Apa yang dimaksud dengan konsumsi? Konsumsi dalam arti
ekonomi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengeluaran konsumsi
terdiri atas konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Dari dua
komponen pengeluaran total agregatif suatu perekonomian, pengeluaran
rumah tangga swasta merupakan pengeluaran agregat terbesar.
Pengeluaran pemerintah digunakan untuk subsidi daerah otonom,
subsidi pangan, gaji pegawai, perbaikan sarana publik, dan pembayaran
cicilan utang.
1. Faktor-Faktor Ekonomi
Ada empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu:
a. Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)
Pendapatan rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap
tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat
konsumsinya juga akan meningkat. Mengapa demikian? Karena
tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk
membeli aneka kebutuhan konsumsi juga semakin besar. Selain
itu, dengan pendapatan tinggi pola hidup masyarakat akan semakin
konsumtif.
Contohnya jika pendapatan Pak Maman sangat rendah maka
keluarganya hanya mampu membeli beras untuk konsumsi dengan
kualitas rendah. Lauk yang digunakan pun mungkin hanya ikan asin
yang murah. Sarana hiburan yang ada di rumah juga hanya televisi
hitam putih saja. Tetapi jika penghasilan Pak Maman meningkat,
beras yang dipilih adalah beras berkualitas nomor satu, lauk ikan
asin diganti dengan daging ayam. Demikian juga, sarana hiburan
televisi hitam putih disingkirkan diganti dengan televisi warna, layar
datar.
b. Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)
Yang termasuk dalam kekayaan rumah
tangga adalah kekayaan riil dan kekayaan
finansial. Kekayaan riil, misalnya rumah,
mobil, dan tanah. Sedangkan kekayaan
finansial adalah surat-surat berharga, saham,
dan deposito berjangka. Kekayaan-kekayaan
tersebut dapat meningkatkan konsumsi,
karena menambah pendapatan.
Bunga deposito yang diterima tiap bulan
dan dividen tiap tahun akan menambah
pendapatan rumah tangga. Begitu pula jika
rumah, tanah, dan mobil yang dimiliki tersebut
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.1
Rumah dan mobil termasuk kekayaan riil.
246 EKONOMI Kelas X
disewakan. Penghasilan tersebut menjadi penghasilan nonupah
(nonwages income). Tambahan penghasilan tersebut akan dipakai
sebagai konsumsi. Tentunya hal ini akan meningkatkan pengeluaran
konsumsi.
c. Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan
konsumsi. Dengan tingkat bunga tinggi, kegiatan konsumsi menjadi
semakin mahal. Apalagi bagi mereka yang ingin mengonsumsi
dengan sistem kredit, misalnya dengan meminjam bank atau
menggunakan kartu kredit. Biaya bunga untuk kredit yang tinggi
menyebabkan biaya konsumsi semakin mahal. Mereka lebih baik
menunda atau mengurangi konsumsi.
Selain itu, tingkat bunga yang tinggi menyebabkan masyarakat
lebih merasa untung jika menyimpan uangnya di bank daripada
dihabiskan untuk konsumsi. Karena sebagian uangnya disimpan di
bank maka uang yang tersedia untuk konsumsi berkurang.
d. Perkiraan Masa Depan (Household Expectation About the
Future)
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik,
mereka akan merasa leluasa untuk berkonsumsi. Karena itu
pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Tetapi sebaliknya, jika
perkiraan kondisi masa depan buruk, mereka ancang-ancang untuk
menekan pengeluaran konsumsi.
Faktor-faktor internal untuk memperkirakan prospek masa
depan rumah tangga antara lain apakah ayah atau ibu masih tetap
bekerja? Apakah karier dan gaji akan meningkat? Atau adakah
anggota keluarga lain yang akan bekerja? Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi perkiraan masa depan antara lain
kondisi perekonomian dalam negeri dan kebijakan ekonomi yang
dijalankan pemerintah.
2. Faktor-Faktor Kependudukan (Demografi)
Faktor-faktor kependudukan meliputi jumlah dan komposisi penduduk.
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran
konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per
orang atau per keluarga relatif rendah. Misalnya walaupun tingkat
konsumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada
penduduk Singapura, tetapi tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia
masih lebih besar dari Singapura. Hal ini karena jumlah penduduk
Indonesia lebih besar daripada Singapura, hampir lima puluh satu
kali lipat. Maka tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia sangat
besar.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 247
Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar bila
jumlah penduduknya banyak dan pendapatan per kapita sangat
tinggi. Contohnya terjadi pada negara Amerika Serikat dan Jepang.
Pengeluaran konsumsi negara tersebut puluhan kali lipat besarnya
daripada Indonesia. Walaupun jumlah penduduk hampir sama
dengan Indonesia tetapi pendapatan per kapita Amerika Serikat
jauh lebih besar.
b. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk bisa dilihat dari beberapa klasifikasi antara
lain usia, jenis kelamin, pendidikan, dan wilayah tinggal. Pengaruh
komposisi penduduk tersebut terhadap tingkat konsumsi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif,
maka makin besar tingkat konsumsi. Hal ini terjadi apabila
didukung oleh kesempatan kerja yang tinggi dan upah kerja
yang baik. Semakin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan
masyarakat juga semakin besar.
2) Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat,
tingkat konsumsinya juga makin
tinggi. Pada saat seseorang berpendidikan
tinggi, kebutuhan hidupnya makin
banyak. Orang yang berpendidikan tinggi
tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan
hidupnya, tetapi juga kebutuhan akan
pergaulan dan informasi.
3) Makin banyak penduduk yang tinggal di
wilayah perkotaan (urban), pengeluaran
konsumsi juga makin tinggi. Sebab pola
hidup masyarakat kota lebih konsumtif
dibanding masyarakat pedesaan.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya ternyata juga berpengaruh terhadap besarnya
tingkat konsumsi dalam masyarakat. Misalnya pola kebiasaan makan,
perubahan etika, dan tata nilai. Contoh nyatanya adalah berubahnya
kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan
menyebabkan konsumsi meningkat karena suasana belanja yang lebih
praktis dan nyaman.
Dalam kenyataannya sulit memilah faktor apa yang paling
memengaruhi terjadinya perubahan konsumsi. Sebab ketiga faktor di
atas saling terkait. Bisa saja dalam kelompok masyarakat berpendapatan
rendah ternyata konsumsinya sangat tinggi karena pengaruh kehidupan
kelompok kaya yang mereka tonton di televisi.
Sumber: Kompas, Mall
Gambar 8.2
Keberadaan mall menyebabkan konsumsi
meningkat.
248 EKONOMI Kelas X
B. Tabungan
Tabungan (saving) merupakan bagian pendapatan dari seseorang,
sebuah perusahaan atau lembaga yang tidak dibelanjakan atau
dikeluarkan untuk konsumsi sekarang. Tabungan biasanya disimpan
dalam bentuk deposito pada bank, lembaga-lembaga keuangan, dan
sebagainya, atau digunakan untuk mendapatkan aktiva-aktiva keuangan
seperti saham, obligasi, dan lain-lain. Dengan menangguhkan
pengeluaran untuk konsumsi, penabung dapat meningkatkan
pendapatan mereka di masa depan melalui dividen atau bunga.
Dalam analisis ekonomi makro, tabungan merupakan bagian dari
pendapatan nasional yang tidak digunakan untuk konsumsi saat ini.
Tabungan sangat penting dalam membiayai investasi fisik. Menabung
berarti menyimpan sumber daya yang dapat digunakan untuk
meningkatkan modal perusahaan, sehingga akan meningkatkan
kapasitasnya untuk memproduksi lebih banyak barang. Tabungan
berasal dari beberapa sumber sebagai berikut.
1. Tabungan Pemerintah
Tabungan pemerintah hampir seluruhnya berasal dari kelebihankelebihan
penerimaan pemerintah secara keseluruhan atas pengeluaran
konsumsi pemerintah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tabungan pemerintah tidaklah terlalu besar. Hanya ada sedikit kasus di
mana tabungan pemerintah terutama dari Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
tabungan pemerintah secara keseluruhan. Pada umumnya peran
tabungan pemerintah memang sangat kecil. Cara yang paling sering
digunakan untuk memobilisasi tabungan pemerintah adalah melalui
peningkatan rasio pengumpulan pajak terhadap GNP, reformasi struktur
pajak, dan jika mungkin melalui peningkatan tingkat pajak yang telah
ada.
Menghentikan Utang Luar Negeri
dengan Tabungan Pemerintah
Sudah seharusnya pemerintah mengurangi pinjaman luar negeri karena
sekarang saatnya memikirkan kemandirian. Dalam arti kita harus mampu
menggunakan dana-dana yang ada di masyarakat daripada harus berutang.
Hanya saja ada dua masalah, yaitu dari mana dana dalam negeri dan
bagaimana kalau dana dalam negeri tidak bisa menggantikan dana luar
negeri.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 249
2. Tabungan Swasta Domestik
Di banyak negara, tabungan swasta memberikan peran besar dalam
menunjang pembentukan modal. Pengumpulan tabungan swasta
domestik berhasil dengan baik jika masyarakat berhasil mengurangi
tingkat konsumsinya. Tabungan swasta terdiri atas dua komponen yaitu
tabungan rumah tangga dan tabungan perusahaan.
a. Tabungan Rumah Tangga
Tabungan rumah tangga meliputi tabungan
yang berasal dari upah, hasil usaha-usaha
pribadi, partnership dan bentuk-bentuk bisnis
nonkorporasi. Tabungan rumah tangga akan
sangat rendah jika tingkat pendapatan
rendah, tetapi kecenderungan berkonsumsi
tetap tinggi. Sedikitnya tabungan yang dimiliki
masyarakat karena tingginya tingkat belanja
rumah tangga untuk konsumsi kebutuhan
primer, biaya anak sekolah, dan kebutuhan
lain.
b. Tabungan Perusahaan
Tabungan perusahaan merupakan laba yang ditahan oleh
perusahaan-perusahaan setelah pendapatan bersih perusahaan
dikurangi dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara masih banyak yang
berskala kecil, maka tingkat tabungannya juga relatif lebih rendah.
Perusahaan yang kecil juga mengalami kesulitan menyisihkan
banyak tabungan. Selain itu, perusahaan sulit menabung karena
tingginya jumlah dana untuk membayar utang.
Pinjaman luar negeri merupakan selisih dari biaya untuk membangun,
dikurangi tabungan pemerintah. Karena tabungan pemerintah tidak cukup
untuk membangun maka harus meminjam. Agar pinjaman luar negeri kecil,
maka tabungan pemerintah harus banyak. Caranya dengan efisiensi
pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah merupakan penerimaan pemerintah dikurangi
pengeluaran rutin, maka kedua-duanya dikelola dengan baik. Pengeluaran
harus efisien, sedangkan penerimaan harus dimanfaatkan. Karena selama
ini, semua sumber dana penerimaan negara belum dimanfaatkan dengan
baik. Contohnya masih adanya wajib pajak yang tidak membayar pajak.
Dengan besarnya dana penerimaan dan efisiensinya pengeluaran rutin
tidak akan memperkuat pinjaman pemerintah.
Jika tabungan pemerintah masih kurang, baru dicarikan pinjaman luar
negeri. Memang bagaimanapun tidak ada satu negara pun di dunia yang
bisa lepas dari pinjaman, apalagi yang masih membangun. Hanya saja
komposisinya yang perlu diatur.
Sumber: www.tempo.co.id
Sumber: www.smeru.or.id
Gambar 8.3
Hasil usaha pribadi termasuk tabungan rumah
tangga.
250 EKONOMI Kelas X
& 3
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.4
Bentuk kurva dari fungsi konsumsi.
3. Tabungan Asing/Luar Negeri
Tabungan asing/luar negeri berasal dari dua sumber, yaitu tabungan
pemerintah asing atau bantuan luar negeri dan tabungan swasta asing
yang terdiri atas investasi asing terutama oleh perusahaan multinasional
dan pinjaman komersial eksternal.
Komponen-komponen tabungan ini penting untuk mengetahui aliran
modal keluar atau investasi yang menggambarkan penggunaan
tabungan. Jumlah tabungan yang tersedia di suatu negara secara
sederhana merupakan jumlah tabungan pemerintah, tabungan domestik,
dan tabungan asing.
C. Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Meskipun faktor penentu konsumsi sektor rumah tangga cukup
banyak, namun Anda hanya akan belajar tentang hubungan antara
konsumsi dan pendapatan. Seperti telah Anda
ketahui bahwa jumlah konsumsi yang dilakukan
oleh rumah tangga berhubungan langsung
dengan pendapatannya. Hubungan antara
konsumsi dengan pendapatan dinamakan fungsi
konsumsi. Seperti apakah bentuk fungsi
konsumsi ini? Perhatikan gambar di samping.
Fungsi konsumsi menggambarkan tingkat
konsumsi pada masing-masing tingkat pendapatan
sektor rumah tangga. Dari gambar tersebut,
Anda bisa melihat karakteristik dari kurva
konsumsi.
1. Kurva konsumsi memiliki slope (kemiringan) positif. Artinya, bila
pendapatan (Y) naik, maka konsumsinya (C) juga naik.
2. Kurva konsumsi memotong sumbu C di atas nol. Artinya, walaupun
pendapatan nol, konsumsinya masih positif. Contohnya pengangguran,
anak-anak, orang yang sudah tua dan tidak berpendapatan,
tetap melakukan konsumsi walaupun tidak memiliki pendapatan.
3. Konsumsi tidak dapat nol. Artinya, meskipun tidak memiliki
pendapatan, konsumsi tetap harus dilakukan, bisa dengan jalan
meminjam atau menarik tabungan.
Dari penjelasan tersebut fungsi atau persamaan konsumsi
dirumuskan sebagai berikut.
C = a + b Y
Keterangan:
C = Konsumsi agregat.
Y = Pendapatan disposabel.
a = Konsumsi otonom (autonomous consumption), titik di mana
persamaan konsumsi memotong sumbu C.
b = Slope garis, yaitu C/Y. Setiap terjadi kenaikan pendapatan
sebesar Y, maka konsumsi akan meningkat sebanyak b kali
Y. Oleh sebab itu, C = b × Y atau C/Y = b.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 251
Konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan
bertambah apabila pendapatan bertambah satu unit dikenal dengan
kecenderungan mengonsumsi marginal (Marginal Propensity to
Consume disingkat MPC).
MPC =
Δ
Δ
Karena jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada
tambahan pendapatan, maka angka MPC tidak akan lebih besar
daripada satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif karena manusia
tidak mungkin hidup di bawah batas konsumsi minimal.
Pendapatan yang diterima masyarakat
ternyata tidak digunakan semua untuk konsumsi,
sebagian akan digunakan sebagai tabungan. Jadi,
tambahan penghasilan juga akan digunakan
untuk menambah konsumsi dan tabungan.
Besarnya tambahan pendapatan yang menjadi
tambahan tabungan disebut kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity to Save,
disingkat MPS).
Penjumlahan marginal propensity to consume
dan marginal propensity to save adalah satu.
MPC + MPS = 1
Pada saat pendapatan masih rendah, setiap unit tambahan
pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC
mendekati satu, sedangkan nilai MPS mendekati nol.
Contoh, sebuah fungsi konsumsi C = 500 + 0,8 Y, dari fungsi tersebut,
saat pendapatan nasional nol, konsumsi masyarakat sebanyak Rp500
miliar. Besaran angka ini dilambangkan dengan a (autonomous
consumption), yaitu besarnya konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional. Tanda positif (+) menunjukkan hubungan yang
positif antara konsumsi dan pendapatan. Bila pendapatan nasional naik
sebanyak Rp1 miliar, konsumsi akan naik sebesar Rp0,8 miliar. Angka
0,8 adalah slope fungsi konsumsi (b) yang nilainya sama dengan C/
Y 0,8 = 0,8 miliar/1 miliar. Karena MPC sebesar 0,8 maka besarnya
MPS adalah 0,2.
Karena pendapatan yang diterima rumah tangga sebagian besar
digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung, maka dapat
dinyatakan:
Sumber: www.fotopages.com
Gambar 8.5
Tidak semua pendapatan yang diterima
masyarakat digunakan untuk konsumsi.
252 EKONOMI Kelas X
Y = C + S
S = Y – C
C = a + b Y
S = Y – (a + b Y)
S = –a + (1 – b) Y
S = –a + MPS Y
Nah, apabila C = 500 + 0,8 Y, maka S = –500 + 0,2 Y.
Selain konsep kecenderungan konsumsi dan tabungan marginal
(MPC dan MPS) terdapat konsep lain yang perlu Anda ketahui yaitu
kecenderungan konsumsi rata-rata (average propensity to consume
disingkat APC) dan kecenderungan tabungan rata-rata (average
propensity to save disingkat APS). APC adalah perbandingan antara
tingkat konsumsi dengan tingkat pendapatan. APS menggambarkan
perbandingan antara tingkat tabungan dengan tingkat pendapatan.
Secara matematis, dirumuskan APC + APS = 1.
APC =
APS =
maka =
+
=
= 1
Untuk memudahkan Anda dalam membedakan konsep MPC dan
MPS dengan APC dan APS, lihatlah contoh perhitungan dengan
menggunakan fungsi C = 500 + 0,8 Y pada tabel berikut.
Tabel 8.1 Penentuan MPC, MPS, APC, dan APS dari Fungsi
C = 500 + 0,8 Y
Y C MPC APC S MPS APS
2.000 2.100 0,8 1,050 –100 0,2 –0,05
2.500 2.500 0,8 1,000 0 0,2 0
4.000 3.700 0,8 0,925 300 0,2 0,075
6.000 5.300 0,8 0,883 700 0,2 0,117
8.000 6.900 0,8 0,862 1.100 0,2 0,138
10.000 8.500 0,8 0,850 1.500 0,150
Tampak pada tabel besarnya MPC adalah 0,8. Oleh sebab itu, MPSnya
sebesar 0,2, baik jumlah MPC ditambah MPS maupun APC
ditambah APS adalah 1. Bertambahnya Y akan semakin menurunkan
MPC dan sebaliknya akan meningkatkan MPS.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 253
Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan pendapatan dari
fungsi tersebut, lihatlah tabel berikut ini.
Tabel 8.2 Persamaan Konsumsi C = 500 + 0,8 Y
Y C
0 500
500 900
1.000 1.300
2.000 2.100
2.500 2.500
3.000 2.900
5.000 4.500
8.000 6.900
10.000 8.500
Sumber: Dokumen Penerbit
Pada saat pendapatan nol, konsumsi tetap dilakukan, yaitu sebesar
Rp500,00. Seiring bertambahnya pendapatan, jumlah yang dikonsumsi
juga semakin meningkat. Dengan menurunkan persamaan konsumsi
ke persamaan tabungan, kita memperoleh hubungan antara pendapatan,
konsumsi, dan tabungan seperti tabel berikut.
Tabel 8.3 Persamaan Tabungan S = –500 + 0,2 Y
Y C S
0 500 –500
500 900 –400
1.000 1.300 –300
2.000 2.100 –100
2.500 2.500 0
3.000 2.900 100
5.000 4.500 500
8.000 6.900 1.100
10.000 8.500 1.500
Sumber: Dokumen Penerbit
Pada saat pendapatan nol, maka tabungan
negatif (dissaving) sebesar Rp500,00. Setelah
pendapatan menjadi Rp500,00, tabungan negatifnya
berkurang menjadi Rp400,00 dan seterusnya
hingga pada saat pendapatan sebesar Rp2.500
tabungannya sebesar nol. Posisi ini menggambarkan
bahwa pendapatan yang diterima
seluruhnya dialokasikan untuk dikonsumsi, tidak
ada sedikit pun yang ditabung. Tetapi jika
pendapatan naik, tabungan juga mulai dilakukan
dan semakin banyak pendapatan, tabungan juga
harus terus meningkat.
Perhatikan hubungan antara pendapatan,
konsumsi, dan tabungan pada gambar di
samping.
+ + + +
+
+
+
+
+
9 & ? @ '
& @ '
9
?
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.6
Hubungan antara pendapatan, konsumsi, dan
tabungan.
254 EKONOMI Kelas X
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dari gambar tersebut
adalah:
a. Kurva konsumsi dan kurva tabungan mempunyai slope positif.
Artinya, besarnya konsumsi (C) maupun tabungan (S) dipengaruhi
oleh pendapatan secara positif. Semakin banyak pendapatan, maka
konsumsi maupun tabungan juga semakin banyak.
b. Garis sudut 45° menunjukkan perbandingan antara C dan Y. Semua
titik di sepanjang garis sudut 45° adalah titik-titik di mana nilai pada
sumbu vertikal sama dengan nilai pada sumbu horizontal.
c. Bila kurva konsumsi berada di sebelah atas garis sudut 45° besarnya
konsumsi melebihi pendapatan dan tabungan adalah negatif.
d. Pada saat kurva konsumsi berpotongan dengan garis 45°, konsumsi
sama dengan pendapatan, sehingga tabungan adalah nol.
Prinsipnya, pendapatan seseorang akan digunakan untuk konsumsi
dan tabungan. Bila pendapatan tetap, seseorang ingin menaikkan
konsumsinya maka ia harus mengurangi jumlah yang ditabung. Demikian
juga sebaliknya, bila ia ingin menambah tabungannya maka harus rela
mengurangi jumlah konsumsi. Untuk masyarakat yang berpendapatan
tinggi, akan lebih mudah menambah tabungannya. Hal ini karena dengan
pendapatan yang tinggi dan kekayaannya tidak diboroskan untuk hidup
mewah maka makin banyak jumlah yang ditabung.
Tabungan masyarakat akan berpengaruh terhadap jumlah uang
yang beredar, investasi, produksi, dan besarnya permintaan masyarakat.
Yang lebih penting lagi, masyarakat dapat berperan dalam rangka
stabilitas dan pembangunan ekonomi melalui tabungan.
Pada saat membelanjakan uang memang terasa sangat menyenangkan.
Namun, semua kesenangan yang dirasakan dari membelanjakan uang akan
cepat hilang. Bahkan terkadang lupa apa saja yang telah kita konsumsi.
Selagi belanja, kebanyakan dari kita tidak sadar suatu hari nanti kita akan
tua. Padahal masa tua adalah masa bukan masa produksi yang bisa
menghasilkan uang lagi. Masa itu merupakan masa untuk menikmati uang
yang kita tabung sekarang.
a. Apa yang Anda lakukan sekarang untuk mempersiapkan masa depan
Anda?
b. Bagaimana menumbuhkan semangat menabung Anda saat ini?
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 255
D. Pengertian Investasi
Menurut pengalaman negara-negara maju terbukti bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi adalah besarnya barang
modal dan kualitas sumber daya manusia. Jika sebuah perekonomian
ingin maju, maka perekonomian tersebut harus selalu meningkatkan
investasinya untuk menambah modal dan kualitas sumber daya manusia.
1. Investasi dalam Konteks Ekonomi Makro
Untuk memudahkan pemahaman Anda, kita
hanya akan membahas investasi fisik saja.
Investasi fisik bisa dalam bentuk barang modal
seperti pabrik dan peralatan, bangunan dan
persediaan barang (inventory). Investasi merupakan
pengeluaran-pengeluaran untuk meningkatkan
stok barang modal. Yang dimaksud stok
barang modal adalah jumlah barang modal dalam
suatu perekonomian pada waktu tertentu. Stok
barang modal ini akan dinilai dengan uang, yaitu
jumlah barang modal dikalikan harga perolehan
per unit barang modal.
Perhitungan investasi harus konsisten dengan perhitungan
pendapatan nasional. Artinya, investasi hanya dihitung dari barang
modal, bangunan/konstruksi, maupun persediaan barang yang masih
baru. Jika ada seorang pengusaha membeli pabrik dan bangunan yang
pernah dipakai orang lain, kegiatan tersebut tidak menambah stok
barang modal baru sehingga tidak dihitung sebagai investasi.
a. Investasi dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
Yang tercakup dalam investasi barang
modal dan bangunan adalah pengeluaranpengeluaran
untuk pembelian pabrik-pabrik,
mesin-mesin, peralatan-peralatan produksi
dan bangunan-bangunan atau gedunggedung
baru. Investasi seperti ini sering
disebut investasi harta tetap (fixed investment)
karena umurnya atau daya tahan
barang modal dan bangunan umumnya lebih
dari setahun. Di Indonesia, fixed investment
lebih dikenal dengan pembentukan modal
tetap domestik bruto (PMTDB). PMTDB ini
dapat dilihat pada statistik PDB Indonesia
berdasarkan pengeluaran.
Dalam investasi tetap, perhitungan jumlah investasi perlu
dikurangi dengan penyusutan (depresiasi). Penyusutan terhadap
barang modal dilakukan agar efisiensi ekonomis dari kegiatan
Sumber: www.indonetwork.co.id
Gambar 8.8
Pembelian peralatan produksi termasuk alat
berat termasuk investasi tetap.
Sumber: Kompas, 15 September 2006
Gambar 8.7
Investasi bangunan termasuk investasi fisik.
256 EKONOMI Kelas X
produksi tetap terpelihara, bahkan ditingkatkan. Semakin tua usia
mesin pasti produktivitasnya semakin rendah. Jadi, walaupun secara
teknis masih dapat digunakan tetapi tidak akan menambah
keuntungan, bahkan mungkin justru akan mengurangi keuntungan
ekonomisnya.
Contohnya pabrik gula yang mesin-mesinnya telah berusia lima
puluh tahun, secara teknis memang masih dapat dipakai untuk
menghasilkan gula. Tetapi produktivitas yang dihasilkan sangat
rendah, sementara biaya perawatannya sangat tinggi. Lebih baik
mesin itu diganti dengan mesin baru dengan menggunakan teknologi
yang lebih baru pula.
b. Investasi Persediaan
Perusahaan sering memproduksi lebih banyak daripada target
penjualan. Misalnya sebuah pabrik mobil menargetkan penjualan
tahun 2006 sebanyak 5.000 unit. Umumnya, pabrik tersebut akan
memproduksi mobil lebih banyak, misalnya 5.500 unit. Selisih 500
unit merupakan persediaan untuk mengantisipasi meningkatnya
minat beli konsumen. Persediaan di sini masuk dalam investasi yang
diharapkan bisa meningkatkan penghasilan atau keuntungan.
Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa
diwujudkan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang
setengah jadi atau barang yang sedang dalam proses penyelesaian.
Tujuannya juga sama yaitu meningkatkan pendapatan atau
keuntungan di masa datang.
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Investasi
Keputusan untuk berinvestasi sangat ditentukan oleh dua faktor
utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.
a. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan
Untuk menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan,
perusahaan harus tahu kondisi internal dan eksternal perusahaan.
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.9
Penguasaan jalur informasi menjadi faktor
internal perusahaan.
1) Kondisi Internal Perusahaan
Kondisi internal perusahaan adalah
faktor-faktor yang berada di bawah kontrol
perusahaan. Misalnya saja tingkat efisiensi,
kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan.
Aspek tersebut berhubungan positif dengan
tingkat pengembalian yang diharapkan. Jika
tingkat efisiensi makin tinggi, kualitas SDM
meningkat dan teknologi tinggi, maka tingkat
pengembalian yang diharapkan makin tinggi.
Beberapa faktor nonekonomis ternyata
juga berpengaruh pada tingkat pengembalian
yang diharapkan. Misalnya hak monopoli
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 257
perusahaan, kedekatan dengan pusat kekuasaan, dan
penguasaan jalur informasi.
2) Kondisi Eksternal Perusahaan
Kondisi eksternal perusahaan yang dijadikan dasar untuk
pengambilan keputusan investasi antara lain perkiraan tingkat
produksi dan pertumbuhan ekonomi. Jika perkiraan masa depan
ekonomi nasional maupun internasional dinilai baik, biasanya
tingkat investasi akan meningkat karena tingkat pengembalian
investasi dapat dinaikkan.
Selain perkiraan kondisi ekonomi, kebijakan yang ditempuh
pemerintah juga akan berpengaruh pada tingkat investasi.
Misalnya kebijakan pemerintah untuk menaikkan pajak
diperkirakan akan menurunkan jumlah permintaan. Akibatnya,
tingkat investasi juga menurun. Faktor sosial politik dan
keamanan negara juga berpengaruh pada tingkat investasi. Jika
kondisi sosial politik stabil, investasi umumnya akan meningkat.
Pemerintah sampai saat ini masih sibuk meningkatkan gairah investasi
di negara kita. Tetapi kegiatan investasi di Indonesia masih terus mengalami
hambatan dan tantangan.
Hambatan dan tantangan apa yang terus menjadi kendala investasi di
Indonesia jika dikaitkan dengan kondisi eksternal perusahaan? Carilah
sumber-sumber relevan untuk mendukung jawaban Anda.
b. Biaya Investasi
Tingkat biaya investasi ditentukan oleh tingkat bunga pinjaman.
Makin tinggi tingkat bunganya, maka biaya investasi makin mahal.
Hal tersebut akan mengurangi minat investasi. Hal lain yang
memengaruhi tingkat biaya investasi adalah masalah kelembagaan,
contohnya prosedur izin yang berbelit-belit dan lama. Jadi, walaupun
tingkat bunga rendah tetapi jika prosedur izinnya sulit tetap saja
tingkat investasi akan turun.
3. Permintaan Investasi
Investasi diperlukan bagi produksi untuk membiayai bangunan pabrik,
mesin, dan alat-alat, serta bahan-bahan yang disebut barang produksi
atau barang modal. Dari hal ini maka permintaan investasi berasal dari
rumah tangga produksi.
258 EKONOMI Kelas X
.( 1- .- #
A B-) )
CD !
+ + + + + + +
8- :
B-) )
"
0 0,
!
A 2) 0
3 0 )
A 2) 0
(
A 2) 0
-()
A 2) 0
(
A 2) 0
,-0
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.11
Diagram hubungan antara rencana investasi dan tingkat pengembalian yang diharapkan
pada PT Gelora Raya.
a. Kurva Permintaan Investasi
Dari segi perusahaan secara individual, perusahaan
mempunyai kurva permintaan akan investasinya. Selanjutnya, jika
semua kurva permintaan investasi perusahaan
individual tersebut dijumlahkan, maka akan
diperoleh kurva investasi oleh seluruh masyarakat
pengusaha di sektor bisnis. Kurva permintaan
investasi perusahaan individual disusun berdasarkan
pada berbagai pilihan proyek investasi
termasuk investasi mesin, alat-alat produksi,
bangunan perluasan bidang usaha.
Misalnya, PT Gelora Raya ingin memperluas
usahanya di bidang industri dengan rencana
investasi pada tabel berikut.
Tabel 8.4 Rencana Investasi PT Gelora Raya
Rencana Investasi
Dana yang Dibutuhkan Tingkat Pengembalian
(miliar rupiah) yang Diharapkan (persen/tahun)
Industri farmasi 1.500 30
Industri makanan 1.000 25
Industri tekstil 750 20
Industri kimia 500 18
Industri pertanian 250 15
Sumber: Dokumen Penerbit
Kemudian rencana investasi di atas disusun dalam diagram
berdasarkan ranking tingkat pengembalian yang diharapkan.
Penyusunan berdasarkan ranking tersebut dilakukan untuk mempermudah
pengambilan keputusan akan investasi mana yang harus
dilakukan berkaitan dengan tingkat bunga pinjaman yang berlaku.
Sumber: www.fti.itb.ac.id
Gambar 8.10
Pilihan proyek investasi pada mesin industri.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 259
Pada saat tingkat bunga pinjaman hanya sebesar 12,5% per
tahun, maka seluruh rencana investasi tersebut dapat dilaksanakan.
Dengan demikian, permintaan akan investasi PT Gelora Raya adalah
sebesar Rp4.000 miliar. Tetapi jika tingkat bunga naik menjadi 16%
per tahun, maka rencana investasi industri pertanian harus
dibatalkan. Pembatalan ini menyebabkan permintaan akan investasi
PT Gelora Raya berkurang menjadi Rp3.750 miliar. Jika tingkat
bunga pinjaman terus naik sampai 28% per tahun, rencana investasi
yang layak hanya industri farmasi dan permintaan investasinya
hanya Rp1.500 miliar. Jika tingkat bunga mencapai 30% per tahun,
tidak ada rencana investasi yang layak lagi sehingga permintaan
investasinya sama dengan nol.
Makin tinggi tingkat bunga, maka permintaan investasi makin
menurun. Perhatikan hubungan tersebut pada kasus PT Gelora Raya
pada tabel berikut.
Tabel 8.5 Hubungan antara Tingkat Bunga Pinjaman dan
Permintaan Investasi
Tingkat Bunga Pinjaman (% per tahun) Permintaan Investasi (miliar rupiah)
13 4.000
17 3.750
19 3.250
21 2.500
26 1.500
31 0
Sumber: Dokumen Penerbit
Tabel tersebut dapat digambarkan dalam kurva permintaan akan
investasi PT Gelora Raya. Slope (kemiringan) kurva permintaan
akan investasi berlereng negatif. Artinya, antara tingkat bunga dan
investasi mempunyai hubungan yang berlawanan arah.
.( .
1
CD !
+
/0B ,-0
B-) )
1 - *0 8 4
+ + + + + +
%
A B-) )
"
0 0,
!
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.12
Kurva permintaan investasi PT Gelora Raya.
260 EKONOMI Kelas X
Perusahaan individu lainnya pun mempunyai kurva permintaan
investasi yang serupa walaupun bentuknya tidak sama persis.
Kurva permintaan investasi agregatif total seluruh perekonomian
diperoleh dengan menjumlahkan semua kurva
permintaan investasi perusahaan-perusahaan
individu. Bila dalam perekonomian terdapat
banyak perusahaan individu maka diperoleh
kurva permintaan investasi agregatif yang
berlereng menurun. Hal ini berarti bila hal-hal lain
tetap (tidak berubah) maka pada saat tingkat
bunga rendah, permintaan investasi akan naik
dan begitu pula sebaliknya, atau dengan kata lain
permintaan investasi merupakan fungsi dari
tingkat suku bunga dan antara dua variabel
tersebut mempunyai hubungan negatif. Fungsi
investasi ditulis sebagai berikut.
I = I (i)
di mana:
I = investasi
i = tingkat suku bunga
Dengan logika ekonomi Anda bisa memahami mengapa fungsi
investasi mempunyai hubungan negatif. Apabila tingkat bunga tinggi,
orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada
menginvestasikannya. Hal ini karena harapan hasil yang akan
diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada tingkat pengembalian
yang diharapkan dari investasi. Akibatnya, permintaan
investasi menurun. Tetapi jika tingkat bunga rendah, orang akan
lebih senang menggunakan uangnya untuk penanaman modal
daripada menyimpannya di bank. Tingkat pengembalian yang
diharapkan dari investasi lebih besar daripada harapan hasil yang
akan diterima dari bunga bank sehingga permintaan investasi naik.
b. Pergeseran Kurva Permintaan Investasi
Dari uraian tadi, pasti jelas bagi Anda bahwa tingkat suku bunga
merupakan faktor yang menentukan permintaan investasi. Selain
itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pergeseran kurva
permintaan investasi.
1) Biaya Pembelian, Pengoperasian, dan Pemeliharaan Barang
Modal
Bila pembelian, pengoperasian, dan pemeliharaan barang
modal tinggi, maka tingkat keuntungan bersih yang diharapkan
dari proyek-proyek investasi akan turun. Turunnya investasi ini
menyebabkan kurva permintaan investasi bergeser ke kiri. Hal
sebaliknya terjadi bila ada penurunan biaya-biaya tersebut.
.( )( .
C
A B-) )
8,
A & A
Sumber: Dokumen Penerbit
Gambar 8.13
Kurva permintaan investasi agregatif.
Konsumsi, Tabungan, dan Investasi 261
2) Pajak Perusahaan
Pada saat berinvestasi, para pengusaha akan mempertimbangkan
besarnya keuntungan yang diharapkan sesudah pajak.
Kenaikan pajak perusahaan pasti akan menurunkan tingkat
keuntungan bersih yang diharapkan. Dampak selanjutnya
adalah turunnya permintaan investasi sehingga menggeser
kurva permintaan investasi ke kiri. Hal sebaliknya akan terjadi
pada saat ada penurunan pajak perusahaan.
3) Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi seperti penemuan mesin baru, pengembangan
produk baru, dan penemuan proses produksi baru akan
mendorong investasi. Penemuan mesin yang lebih efisien akan
menurunkan biaya produksi dan menghasilkan perbaikan
kualitas produksi yang selanjutnya akan menaikkan tingkat
keuntungan bersih pada investasi mesin tersebut. Produk
elektronik baru seperti komputer canggih yang bisa mengefisienkan
proses produksi akan mendorong investasi. Jadi, kemajuan
teknologi yang cepat akan menggeser permintaan investasi ke
kanan.
4) Banyaknya Barang Modal yang Dimiliki
Bila terdapat cukup banyak barang modal dan persediaan
barang-barang jadi, maka investasi akan mengalami penurunan.
Hal ini karena pada industri tersebut telah tersedia cukup banyak
alat produksi dan persediaan yang mampu memenuhi
permintaan sekarang maupun di masa depan. Kelebihan
kapasitas produksi cenderung akan menggeser kurva
permintaan investasi ke kiri dan sebaliknya kelangkaan barang
modal akan menggeser kurva permintaan investasi ke kanan.
5) Perkiraan Keuntungan
Perkiraan keuntungan tergantung pada perkiraan penjualan
hasil produksi barang modal yang digunakan. Perkiraan bisnis
harus memasukkan beberapa faktor antara lain situasi politik,
pertumbuhan penduduk, kondisi pasar, dan lain-lain. Jika situasi
ini mendukung, maka akan menggeser kurva permintaan
investasi ke kanan dan begitu sebaliknya.
Sumber-Sumber Investasi
Jelas sekali bahwa investasi memerlukan dana. Nah, dari manakah dunia
usaha mendapatkan dana untuk investasi tersebut?
262 EKONOMI Kelas X
1. Sumber Intern
Sumber intern investasi yang penting berasal dari:
a. Dana penyusutan, yaitu dana yang diperhitungkan sebagai
biaya produksi dan kemudian disisihkan untuk mengganti
perlengkapan produksi yang tua, aus atau rusak.
b. Dana cadangan, yaitu sisa hasil usaha atau laba yang tidak
dibagikan melainkan ditahan untuk membiayai ekspansi atau
perluasan usaha.
2. Sumber Ekstern
Sumber ekstern investasi meliputi:
a. Kredit bank, berasal dari tabungan masyarakat yang
disalurkan ke dunia usaha melalui perbankan.
b. Pasar modal, yang menyalurkan tabungan masyarakat
dalam bentuk saham atau obligasi.
c. Pemerintah, melalui dana anggaran pembangunan dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk
membiayai proyek pembangunan.
d. Luar negeri, dalam bentuk kerja sama, penanaman modal
asing dan bantuan kredit.
4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Perusahaan harus selalu menjaga keuntungan dengan cara
mempertahankan tingkat produksinya agar tidak berkurang. Untuk itu
stok barang modal juga tidak boleh berkurang. Tadi sudah Anda pahami
bahwa investasi merupakan upaya untuk memelihara stok barang modal
yang diperlukan suatu perusahaan.
Berapakah besarnya investasi yang harus dilakukan untuk
memelihara stok barang modal yang diharapkan? Misalnya, nilai barangbarang
modal yang harus tersedia supaya perusahaan dapat
mempertahankan tingkat produksi adalah Rp10 juta. Penyusutan
sebesar 10% per tahun. Maka investasi per tahun adalah 10% × Rp10
juta = Rp1 juta. Jika perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksi
maka investasi yang dilakukan harus lebih besar daripada Rp1 juta. Hal
ini dilakukan agar stok barang modal bisa menjadi lebih besar dari Rp10
juta.
Keputusan setiap perusahaan untuk terus meningkatkan stok barang
modal akan berdampak negatif pada perekonomian. Hal ini karena
peningkatan stok barang modal secara nasional akan meningkatkan
kegiatan produksi yang akan berdampak negatif pada perluasan
kesempatan kerja. Penggunaan barang modal seperti mesin-mesin akan
menggeser penggunaan sumber daya manusia dalam proses produksi
sehingga kesempatan kerja menjadi berkurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.